
LENSADIALEKTIKA.ID.LEBAK – Rumah panggung berukuran 5×7 meter bermaterial kayu dan bilik bambu yang berlokasi di Kampung Cisono Lebak RT 11 RW 004 Desa Sukarendah Kecamatan Warunggunung ini, merupakan tempat berkumpulnya keluarga Usen (63) tahun dan Sawiyah (61) tahun berikut Muhammad Yusuf (8) tahun cucu dari pasangan lansia yang saat ini mengidap paru-paru.
Aktivitas keseharian di kediaman yang serba keterbatasan sarana ini, Usen pria tunanetra dalam menafkahi istri dan cucunya. Hanya mengandalkan keahliannya, melalui jasa pijat.
Inilah alasan Usen tetap bekerja keras, meski kondisi dan keterbatasan fisiknya dinilai sudah tak mendukung. Terlebih, ia memiliki beban dan tanggungjawab, pasca kedua orang tua cucu kesayangannya ini meninggal dunia. Empat tahun sudah Yusuf tinggal bersama kakek dan neneknya, setelah ditinggalkan oleh pasangan suami istri yakni, Naril dan Halimah.
Di dalam rumah yang nampak tidak terdapat toilet dan beralaskan tanah ini, Sawiyah nenek Yusuf kerap memperhatikan perilaku cucunya saat menatap teman sebayanya bermain dengan penuh canda tawa di halaman rumahnya.
“Saya sangat sedih jika melihat teman sebayanya Yusuf bermain di halaman rumah. Karena cucu saya yang saat usianya genap 8 tahun ini hanya bisa menatap dan menyapa senyum terhadap teman-temannya seraya meneteskan air matanya,” kata Sawiyah di kediamannya. Jumat (31/3/2023).
Menurutnya, kondisi fisik yang menyebabkan kurus kering dan tidak bisa beraktivitas seperti anak di usinya ini. Mengingat, Yusuf mengidap penyakit paru-paru.
“Yusuf kerap meneteskan air mata dan suami saya (Usen). Meski, tidak melihat tapi bisa merasakan kesedihan yang diderita cucunya,” ungkapnya.
Mengenai pendapatan setiap hari dalam memenuhi kebutuhan tambah Sawiyah, tentu masih mengandalkan belas kasihan dari keluarga terdekat. Sebab, jasa pijat tidak bisa dijadikan mata pencaharian pokok.
“Semoga saja ada donatur yang mau membantu meringankan beban kami,” ujarnya.
Sementara Dedi Supriyadi warga setempat mengaku bahwa kondisi Yusuf memang membutuhkan uluran tangan dari donatur. Karena, pendapatan Usen dan keluarganya tidak mampu untuk membiayai pengobatan cucunya.
“Rumah yang ditempati Yusuf siswa kelas I di SDN I Sukarendah ini, berdekatan dengan tantenya. Namun, kondisi tantenya juga tunanetra. Yusuf saat ini membutuhkan pengobatan secara intensif,” ujarnya.
Dijelaskannya, keluarga Yusuf terbentur dari segi materi jika harus menjalani perawatan medis.
“Jika dalam enam bulan Yusuf tidak diobati secara intensif, tentu pengobatan yang sudah berjalan selama tiga bulan akan kembali ke awal lagi. Sedangkan, rutinitas berobat jalannya dilakukan selama dua pekan sekali,” kata Dedi.
Sementara, Usen mengaku tidak bisa berbuat banyak disaat Yusuf diponis mengidap penyakit paru-paru.
“Saya mengetahui bahwa cucu saya sering menangis disaat ia merasakan sakit yang dideritanya, meski saya tidak melihat secara kasat mata. Tapi, naluri kakek terhadap cucu sangat kuat,” ujarnya.
Dijelaskannya, kondisi keterbatasan fisik membuat dirinya merasa tidak maksimal dalam merawat dan membahagiakan cucu kesayangannya.
“Sebetulnya kami ingin melihat cucu saya bahagia seperti anak di usianya. Yang paling sedih itu isak tangis Yusuf kerap terdengar saat ia merintis kesakitan. Mengenai pengobatan Yusuf yang saat ini tengah berlangsung, itu kepedulian dari Pak Dedi Supriyadi. Semoga, kedepannya ada yang memperdulikan nasib cucu kami,” pungkasnya. (Yod/Bin)